::SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI::
ARSIP-ARSIP BLOG

Kamis, 04 Oktober 2007

Kalau kita bodoh, jangan fanatik.


Sedih rasanya ketika saya baca berita di beberapa media yang selama ini banyak beredar di masyarakat. Kesedihan saya terutama ketika islam sering diimejkan negative oleh banyak kalangan. Bukankah Islam adalah rahmat bagi seluruh alam raya ini? Ajaran-ajaranya yang humanis seakan lenyap dimakan imej beberapa oknum yang justru berlabelkan islam dengan tindakan tidak islami. Sehingga memicu reaksi negative dari pihak-pihak yang selama ini benci dengan islam, misalnya adalah dengan munculnya karikatur nabi yang mengendarai sebuah mobil dengan rudal diatasnya pada tahun 2002.

Jangan katakana bahwa ini semua adalah murni kebencian mereka, namun dibalik itu ada hal besar yang mungkin bisa disebut dengan biang kerok kehancuran dan kemunduran umat islam, mau tahu hal tersebut? Yaitu kebodohan. Ingatkah anda bagaimana Dr.Farag Faudah seorang pemikir mesir itu meninggal? Lucu sekali hanya gara-gara tidak puas dengan argument-argumen yang dilontarkan di sebuah arena diskusi berujung pada kematian sang pemikir tersebut, padahal islam mengajarkan agar berdebat dan berargument dengan yang lebih baik. Juga bagaimana najib mahfudz sastrawan kelas kakap mesir yang juga peraih nobel sastra pernah mendapatkan ancaman dari seorang oknum gara-gara sebuah cerita yang si oknum belum membacanya. Kedua kasus diatas adalah contoh bahwa kebodohan adalah awal dari sebuah bencana.

Janganlah kita seperti Abu jahal yang tidak tahu tapi sok tahu, melarang orang untuk tahu dan selalu memusuhi pengetahuan. Satu cerita lagi ketika Adil hamuda sang penulis lepas di beberapa media berkisah tentang betapa kebodohan adalah hal yang harus dijauhi. Konon ketika beliau kembali dari perjalanan di pesisir utara mesir. Ketika hendak melaksanakan shalat disebuah sudut masjid kecil sahara, beliau mendengar seseorang yang dikufurkan oleh seorang syeikhy dan “dijanjikan” masuk neraka hanya gara-gara membaca buku filsafat dan iseng bertanya pada sang syeikh, “apakah ada wahyu setelah kepergian baginda Rosulullah Saw?”. Mendengar pertanyaan tersebut panaslah kuping si syeikh dan mengancam dengan api jahanam.

Mendengar hal tersebut Dr. Adil berseloroh, “lho kenapa anda berkeringat seperti itu, ada kok wahyu yang turun setelah mangkatnya Rosulullah Saw”, jawabnya kepada sang syeikh dan pemuda tadi. Sebelum ancaman keluar dari mulut syeikh untuk yang kedua kalinya, beliau berharap kepada sang syeikh untuk berfikir lebih matang, jangan merasa benar sendiri.

“ketahuilah bahwa wahyu adalah rahasia antara pemberi dan penerima sebagaimana kalam Allah dalam surat ghafir ayat 15 –Dialah Yang Maha Tinggi derajatnya yang memberikan wahyu kepada siapa saja yang Dia kehendaki- dari sinilah para ulama mengklasifikasikan wahyu berdasarkan penerimanya. Bisa jadi yang menerima wahyu adalah seekor lebah sebgaimana terdapat dalam surat al-nahl ayat 68, bisa juga yang menerima wahyu adalah para kekasih Allah yang Ia kehendaki sebagaimana terdapat dalam surat al-qasash ayat 7, bisa juga yang menerima adalah benda padat seperti bumi, sebagaimana terdapat dalam surat alzilzalah ayat 4. bahkan bisa juga wahyu itu tersampaikan lewat mimpi. Jadi kesimpulanya bahwa ada wahyu setelah mangkatnya Sayyiduna Rosullullah Saw, namun tidak wahyu risalah”. Demikian Dr. Adil menjelaskan.

Begitu juga dengan zaman sekarang, kalimat bid’ah pun sering diperdebatkan. Sehingga sangat disayangkan ketika itu pula, muncul kalimat saling kafir-mengkafirkan hanya karena satu kata bid’ah. Maka benar apa yang disabdakan oleh Rosulullah Saw “jadilah engaku orang yang tahu, atau orang yang mau tahu, atau orang yang mau mendengar dan janganlah menjadi yang keempat…”.