::SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI::
ARSIP-ARSIP BLOG

Kamis, 30 Agustus 2007

SURAT CINTA RUMI BUAT TUAN AZAHARI

By. Rudiyanto SW

(Mahasiswa ICAS Program Paska Sarjana Tasawuf Islam)

Menguak Runtuhnya Mitos Jihad Tekstualitas-Kebenaran Tunggal


Salam Untuk Anda, Tuan Azahari!

Image
Tuan Dr. Azahari yang terhormat, jujur saya katakan pada Anda, semenjak terjadinya beberapa peristiwa pengeboman di Indonesia atas nama jihad, pada saat itulah muncul nama Anda sebagai salah satu aktor intelektualnya yang mendapatkan gelar baru sebagai sang “Teroris.” Lebih tercengangnya lagi adalah Anda seorang yang bergelar doktor; yang tentunya orang yang makin tinggi ilmuanya maka idealnya makin ariflah ia dalam memaknai sebuah kehidupan persis seperti padi, makin menguning maka makin merunduklah padi itu. Namun, apa yang terjadi? Justru seorang doktor baru kali ini saya mendapatkan informasi sebagai teroris yang pekerjaannya membuat bom untuk menghancurkan orang lain atas nama jihad. Sampai-sampai pihak berwajib pun memampangkan foto Anda cs. di mana-mana dengan bayaran rupiah yang tidak sedikit jumlanhnya. Berawal dari ketermenugan saya dalam menganalisis tindakan Anda dengan melakukan pengeboman bunuh diri atas nama jihad, akhirnya saya merasa ingin menyampaikan unek-unek saya untuk berdialog dengan Anda terhadap keyakinan Anda tersebut yang begitu menggebu-gebu.
Maka dari itu, saya memutuskan untuk mengirimkan surat pad Anda, Tuan Azahari. (Lebih tepatnya, surat berbentuk harian) Surat ini berisi tentang apa yang selama ini saya pendam dalam-dalam di relung hati yang paling dalam pikiran saya, yang berkenan dengan seputar masalah pemahaman tentang jihad, kebenaran dan Tuhan. Saya berharap, dengan mengutarakannya pada Anda, beban berat yang selam ini saya pikul akan sedikit berkurang. Tak penting apakah Anda menyetujui isinya atau tidak. Bahkan sejak awal saya sudah siap untuk dicerca dan dihujat. 16 November, 2005



Tentan Isi Surat dan Aturan Dialog Kita!

Tuan Azahari, surat ini berisi tentang pokok-pokok pikiran saya mengenai masalah ke-jihadan, kebenaran, dan ke-Tuhanan. Dan secara umum, ketiganya berada dalam ruang lingkup perbincangan mengenai Cinta dan Akal.
Lebih dari itu, karena saya sudah terlanjur mengamati peristiwa pengeboman di Indonesia yang aktor intelektualnya adalah Anda sebagai seorang sarjana ilmuwan yang bergelar doktor, maka dengan sangat “terpaksa” saya akan melemparkan banyak “bola api” kritik pada gagasan, pemikiran, tindakan dan konsep pemahaman keagamaan dalam memaknai sebuah kebenaran yang Anda aktualisasikan dalam bentuk tindakan pengeboman atas nama jihad tersebut. Jadi, ketika Anda sedang membaca surat ini, bayangkan bahwa saya sedang duduk bersila di depan Anda, dan kita mendialogkan serta mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran kita yang berbeda.
Namun, sebelum melangkah ke sana, ada sebuah klausa tentang aturan dialog kita, yang harus kita sepakati bersama, yaitu: bahwa dalam dialog ini, tak ada toleransi untuk yang namanya apologi apalagi apologetik! Sebab sejak awal, sebelum saya tahu bahwa Anda juga berharap memiliki sikap yang sama, saya sudah sangat membenci dan menentang watak apologetik serta kritik yang membabi-buta. Anda sepakat, Tuan Azahari?

17 November, 2005


Saya Terharu Dengan Anda Bercampur Penasaran

Bom…….Bom…….Bom…….Bom…….Bom…….Bom…….Bom…….!?
ItulahTuan Azahari, ketika lagi-lagi saya mendengar tentang bom dan bom lagi, akal fikiran saya merasa tersentak dan terperanjat ketika terjadinya peristiwa bom di Vila Flamboyan di Batu, Malang Jawa Timur. Ternyata media massa dari laporan polisi mendiskriditkan bahwa otak dibalik pengeboman tersebut adalah Anda. Dan tragisnya lagi Anda terjebak pada perangkap dan termakan oleh bom tersebut ––terlepas apakah aksi yang Anda lakukan itu merupakan bunuh diri atas nama jihad atau bukan–.kenyataannya memang demikian sehingga Anda kini jadi nomor wahid yang diharapkan oleh orang-orang yang konon mereka adalah keluarga yang terkena peristiwa pengeboman di mana-man yang terjadi di Indonesia, khususnya di Bali, hotel JW Marriot dan kedutaan besar Australia di Kuningan. Dan kini di Batu Malang Jawa Timur. Mereka mengklaim terkena opini publik bahwa semua kejadian peledakan bom tersebut dalangnya adalah Anda. Dan mereka bersyukur jika memang yang bernama Dr. Azahari itu betul-betul telah tewas.
Tuan Azahari, terlepas dari penyelidikan polisi bahwa salah satu yang tewas dalam peristiwa ledakan di Batu Malang, Jawa Timur adalah Anda atau bukan, saya tidak terlalu repot-repot untuk secara serius itu adalah pasti Anda yang menjadi korban tewasnya, apalagi saya mendo’akan semoga engkau cepat meninggalkan dunia ini. Bukan! Bukan itu tujuan saya dalam menulis surat ini dan tidak ada dalam kamus pikiran se-dzalim itu untuk mendoakan pula agar anda cepat-cepat mampus. Sekali lagi bukan! Bukan itu Tuan Azahari.
Saya hanya mencoba untuk merenung sejenak-menangkap persepsi dan berhusnudzon kalaupun itu memang terjadinya ledakan bom di mana-mana di Indonesia itu adalah benar-benar Anda sebagai aktor intelektualnya. Tuan Azahari, kenapa saya katakan sebutannya memakai istilah ‘aktor itelektual?’ Paling tidak, saya ingin menghargai Anda sebagai seorang sarjana ilmuwan dan menghormati Anda sebagai warga negara sahabat serumpun melayu, Malaysia. Disamping itu Insya Allah tidak terlalu meleset untuk menyebut sebagai ‘aktor intelektual’ karena dari segi background pendidikan Anda adalah seorang Doktor. Itu yang pertama.

Kedua, Anda dikenal dikalangan keluarga di Malaysia Anda adalah seorang yang sangat taat beribadah; rajin sholat dan pandai mengaji dan Anda pun sempat mengajar di pondok pesantren di negara anda sendiri, Malaysia. Ironisnya, perintis pondok pesantren tersebut adalah KH Abu Bakar Ba’ashir yang konon dicap sebagai teroris dari kalangan Jama’ah Islamiyah yang kini sedang mendekam di penjara berasal dari Indonesia. Dan konon, salah satu televisi swasta Trans TV melalui pantauannya terhadap pesantren yang pernah Anda mengajarnya saya saksikan bahwa pesantren tersebut sudah tidak berfungsi lagi karena dianggap oleh pemerintah Anda tersebut, Malaysia, pesantren tersebut hanya mencetak kader-kader (baca: santri-santri) teroris.

Ketiga, membunuh orang apa pun bentuknya; apakah itu dengan cara mengebom atau pun lainnya dan dengan bentuk apa pun dalilnya tidak di benarkan di dalam agama manapun–terlebih-lebih agama Islam–melainkan kita boleh melakukan suatu pembalasan ketika memang benar-benar musuh itu mau mencelakai diri kita, seperti yang terungkap dalam QS. Al-Baqarah:194, QS. An-Nahl:126, dan QS. Al-Baqarah. Itu pun ada yang lebih baik di sisi Tuhan jika yang merasa teraniaya itu malah memaafkan terhadap orang yang menganiayanya, Tuan Azahari. Anda tentunya masih ingat bukan bagaimana peristiwa Muhammad sang Rasulullah SAW ketika lewat di suatu tempat kampung Thoif. Beliau ketika ingin menyampaikan wahyu Tuhan kepada mereka bukannya mendapatkan sambutan hangat dan hormat-ramah tamah sebagai ciri khas masyarakat Arab pada masa itu, tapi justru Rasulullah malah mendapatkan perlakuan sebaliknya yang tidak senonoh; beliau dilempari batu dan kotoran binatang sehingga didapatkan dalam keadaan luka parah. Nah, Tuan Azahari, apakah Rasulullah mendapatkan perlakuan seperti ini marah dan membalas mereka? Bahkan sang Jibril pun sebagai katalisator frekuensi wahyu antara Tuhan dan Muhammad, sangat gemas dan geram melihat Rasulullah diperlakukan oleh kaum Thoif dengan tidak senonoh dan sadis sehingga Jibril pun menawarkan Muhammad: Jibril: “Ya Muhammad, aku heran melihatmu. Kenapa kamu diam saja didzholimi oleh mereka?”

Muhammad: “Nggak papa ya Jibril.”

Jibril: “Tidak Muhammad, aku tak rela kamu dianiaya oleh mereka. Engkau adalah utusan Allah dan kekasih Allah.”

Muhammad: “Sabar Ya Jibril.”

Jibril: “Ya Muhammad, apakah perlu saya menumpahkan gunung Uhud untuk menghancurkan mereka karena telah melukai kamu. Kalau kamu mau!?”

Muhammad: “Ya Jibril, terima kasih atas tawaranmu. Kau betul-betul empati terhadapku. Begini Jibril, mereka belum tahu siapa Allah dan aku. Kalu saja mereka tahu, mereka tidak akan melakukan perbuatan tersebut terhadapku seperti ini.”

Jibril: “Benar-benar sungguh mulia akhlakmu Muhammad. Tidak sia-sia kau di juluki sebagai al-Amiin.”

persepsi-pengamatan dan analisa di atas yang melekat pada diri Anda dan ujung-ujungnya anda betul-betul dicap sebagai “Teroris,” oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Saya ingin menanyakan kepada Anda. Dan Anda mohon jawab dengan sejujurnya. Apakah yang Anda lakukan sekarang ini betul-betul sebagai perbuatan jihad berdasarkan penafsiran Anda? Atau Anda ingin menjadi orang terkenal di Indonesi khususnya dan dunia pada umumnya, meskipun keterkenalan Anda itu buruk dan mengundang kebencian masyarakat? Kalau memang benar, jangan-jangan Anda terhipnotis oleh pepatah Arab: “Bul Zam-zam fatu’rof” (kencingi sumur Zam-zam, maka kau akan terkenal). Atau Anda mengklaim dengan seyakin-yakinnya bahwa ideologi agama Andalah yang paling benar dengan cara taklid buta dan yang lain salah tanpa melalui proses pemfilteran dengan kejernihan hati dan penalaran intelektual Anda secara cerdas dan berjiwa arif terlebih dahulu?
18 November, 2005


Label: