::SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI::
ARSIP-ARSIP BLOG

Selasa, 14 Agustus 2007

ilmu rasa

Ilmu, sebuah kata yang sering kita masuk dan keluar melalui telinga kita. Kata itu pulalah yang menginspirasikan segala hal. Atas dasar ilmu jugalah kita rela meninggalkan orang-orang yang kita cintai demi menggapainya. Namun tulisan ini tidak hendak menterjemahkan kalimat ilmu dari berbagai tinjauan, hermennetis kek, linguistik kek atau yang lain. Lebih dari pada itu kita akan menguak bagaimana sebenarnya ilmu itu bisa dikuasai tanpa susah dan payah.

Anda tentu ingat slogan yang mengatakan "experience is the best teacher" yang kurang lebih berarti bahwa pengalaman adalah sebaik-baik guru. Namun kalau boleh saya berpendapat bahwa pengalaman itu sendiri adalah ilmu -lebih dari sekedar guru-. Maksudnya adalah, kata guru biasa kita ungkapkan dengan seseorang atau suatu hal yang memperantakan antara kita dan ilmu, sedangkan apa yang saya maksudkan adalah pengalaman itu sendiri merupakan ilmu. kemudian kalau diperbolehkan experience itu saya namai dengan ilmu rasa.

yah...ilmu rasa adalah puncak dari segala ilmu. Anda pasti berfikir maksudnya apa?? penasaran...ok begini logikanya dulu ketika saya mengaji kitab tafsir di salah seorang kyai di kampung, ketika sampai pada sebuah ayat yang mengatakan "inna ankara al ashwaat la shoutu al khamiir" atau bisa berarti bahwa sejelek-jelek suara adalah suara keledai. Walaupun di foot note kitab sudah terdapat kalimat penjelas bagaimana jeleknya suara keldai itu namun mbah yai belum bisa memahami dan memahamkan bagaimana jeleknya suara keledai tsb, karena memang mbah yai belum pernah mendengar secara langsung suara seekor donkey atau dengan kata lain mbah yai belum pernah merasakan suara khimar, karena keledai hanya terdapat di negeri arab dan si mbah belum pernah plesiran kesana.

Nah, ketika Tuhan mengizinkan saya untuk menuntut ilmu di negeri fir'aun yang mana populasi keledai cukuplah banyak, bahkan keledai adalah salah satu alat transportasi kuno orang mesir yang sampai saat ini masih ada. baru di negeri inilah saya bisa memahami betul apa maksud ayat yang dulu mbah yai belum mampu memahaminya dengan baik dan benar. Itulah kira-kira logika ilmu rasa dengan kata lain sebagaimana para ahli hikmah mengatakan "kullu man dzaaqa arafa, wa laisa kullu man arafa dzaaqa" bahwa setiap orang yang bisa merasakan, maka ia akan tahu apa hakikat suatu hal tersebut.

masih ingatkah kita bagaimana dulu kita ketika duduk di bangku SD di jejali berbagai macam teori berikut pengertianya, namun kita belum mampu mencerna dengan baik pelajran tersebut walaupun kita hafal dan paham akan teori tersebut namun belum pernah merasakan. Nah itulah kira-kira apa yang dimaksud dengan ilmu rasa. apakah sampai disini pembahasan kita tentang ilmu rasa? tentu tidak, karena kita belum tahu bagaimana mencapai atau menguasai ilmu rasa tersebut. Namun sayang sekali dalam hal ini belum kapasitas saya untuk menjelaskan perihal ini. dalam artian saya belum bisa menjelaskan hal ini karena memang saya belum merasakan segala hal yang ada dan juga karena ilmu rasa ini adalah sifatnya hibah dari yang kuasa sebagaimana firmanya " Dialah Dzat yang memberikan hikmah bagi hambanya yang dikehendaki, dan barang siapa yang diberikan hikmah tersebut maka sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang amat banyak". wallahu a'lam bi al showab


Dari Alek